Pages

Saturday 25 August 2012

Aku : Pemuda Thantawi 3

Aku meminta seperti hamba yang lain sering meminta. Bahwa rasa itu, biar dipendam jauh dari jiwa. Biar usaha dan sedia lebih banyak bicaranya. Biar kedua ibu bapa lebih bahagia dengan kita. Dan nikmat Tuhan kamu yang manakah mampu aku dustai?  Seperti malam yang berganti siang. Seperti itulah juga gelora silih bersuara. Semoga itulah cinta. Sulit diusaha. Damai diakhirnya.
Begitulah gambaran yang bersuluh. Begitulah penjelasan yang terang. Tatkala Tuhanmu meminta aqal pada dirimu pada bulan yang mulia ini. Saban detik itu bergerak. Engkau segera hanyut dan memutuskan roh-roh cahayamu. 

Engkau pada pertama harinya, mencari dengan penat lelah. Juga engkaulah yang berusaha sedaya upaya menchoba untuk memperbaiki jiwa dan anggota. Bukankah doamu berbunyi meminta taqwa. Berbicara dalam hari-hari Ramadhan. Kini, ia mulai surut dan kembali kelam.

Dan hati berbicara kecewa. Dan doa berbicara tanpa suara. Kerna dirimu huraikan segalanya. Dahulu dirimu yang lebih mulia. Dahulu dirimu yang lebih tegar. Kini suara doamu kian suram. Engkau biarkan segalanya jelas. Engkau buka hijab teristimewa. 

Usah lancarkan pedang yang tumpul. Kerna hati itu perlu sentiasa memilih. Untuk berbaik sangka. Untuk menikmati bahagia. Lepaskan sahaja andai dirimu mampu mengerti. Kerna bukan engkau yang menentukan. Bahkan Dia yang Di Atas Sana memilih. Memilihlah untuk berdiam sangka. Dari melontar duri-duri di jalanan.

Saat ini Engkau kirimkan angin pada dirinya. Bahwa aku waham benar. Bahwa gadis Thantawi bukanlah seorang cuma. Malah, wujudnya kan lebih terindah. Tika air mataku melihat waktu depanku. Juga waktu yang terdahulu. Istikharah kan sentiasa berbisik. Walau akhirnya bukan bertemu si gadis Thantawi.

Sudah lama hati itu memilih. Untuk berbaik sangka. Untuk berdoa sahaja. Tanpa dilihat usaha yang nyata. Bahagiakan hatiku Ya Tuhan. Damaikan hatiku Ya Allah. Kerna di tangan-Mu terhasil segala rahmat dan kebahagiaan.

Tika masih meniti hari-hari yang mendatang, aku sentiasa bisikkan. Bahwa gadis Thantawi bukannya seorang. Ia adalah gambaran keindahan yang terindah. Istiqamah bersama roh-roh Ramadhan. Bukan seperti yang kubaca darimu. Bukan seperti yang engkau baca dariku. Bawalah roh itu untuk menikmati Syawal dan bulan yang seterusnya.

Aku memilih untuk berdiam diri. Aku memilih untuk berbaik sangka. Mungkin caranya berbeza darimu. Mungkin caranya bisa mendekatkan kita. Allah sahaja yang mampu memelihara. Allah sahaja yang mampu menjaga. Dalam dan luar aku dan kamu.

Semoga yang terbaik kan sentiasa bercambah. Bukan berada di paras iman yang sama!!


-doasepi-
ShahzanInn


No comments:

Post a Comment