Pages

Sunday 29 July 2012

Relung Hati 8

Demi cinta dan matlamat kami...
Engkau hampirkan perasaan antara hati-hati kami..
Bersama sujud khauf dan haya'..
Bersama air mata dan gelisah..

Betapa kami sedang berusaha..
Mempersiap jiwa dan upaya..
Betapa kami sedang bersedia..
Memenjara ikhtilat yang menggugah..

Tanpa jiwa pun mampu menduga..
Tanpa aqal pun mampu meneka..
Tanpa mata pun mahu mempercaya..

Detikkanlah rasa..
Antara hijab rahsia..
Rasa jauh dan menggusar..
Rasa kelam dan menggundah..
Yang bisa menghampirkan..
Rasa rindu dan harap..
Haqiqinya penuh bertempat..

Kerna Engkau Yang Maha Terutama..
Kerna Engkau kami berdoa..
Kerna Engkau kami percaya..
Kerna Engkau kami meluah rasa..

Kerna Engkau jua..
Kami lukiskan istikharah cinta..
Yang kadangnya jelas..
Memenuhi segenap gamang 

Bahwa bukanlah cinta andai kami terlalu percaya..
Bahwa bukanlah cinta andai kami terlalu berduka..

Namun itulah cinta..
Andai Engkau sentiasa di dalam jiwa..
Pada saat mata kami terbuka..
Pada saat nafas kami terhenti..

Dan akhirnya puncak segala redha..


doasepi
TTDI, Atsa Arkitek
3 Ramadhan, 2200








Saturday 28 July 2012

Relung Hati 7

Hidup memang harus sentiasa mentafsir..
Yang tersiratnya, lalu direntakkan dengan Quran dan sunnah..
Tersuratnya pula, dinikmati bersama alun yang mengasyikkan..


Dan seringkali hamba menyalah tafsir..
Bergilir antara baik dan buruknya..
Lalu tersiatlah cebis luka..
Lalu terlontarlah amarah hina..


Biarkanlah dengan segala tafsir..
Asalkan jiwa hamba bersama kalam tafsir..
Bacanya bisa mendamaikan..
Fahamnya bisa menitiskan..
Tindak darinya bisa menambahkan cahaya!


Dan hamba itu sering dipenuhi tafsir..
Akan sentiasa, dari tahun ke tahun..
Bertindaklah sederhana yang mungkin..
Usah terlalu jauh..
Kerna yang sebenarnya hamba salah mentafsir..
Begitulah hari demi hari..


Sampai kapan pun..
Mentafsirlah bersama kalam tafsir..
Lalu terima kata mereka..
Namun di hati memohon petunjuk Kuasa..


Menulis tentang rasa mentafsir..
Takkan berkurang walau benarku semilir!


doasepi
Ar-Ridhuan, Taman Permata


Saturday 21 July 2012

Aku dan Kamu Berusaha : Akhirnya Dia Temukan

Bulan ini. Harus rancakkan bisik istikharah. Bulan ini. Harus bersedia pada jawab isitkharahmu. Gusar dan damai yang silih berganti. Hanya itu makna keindahan rahsia Ilahi. Tak salah untuk memendam rasa. Terpulang tentang bagaimana hamba mentafsirkannya.
Kemerduan bait kalam. Akhirnya menjengah penuh diraikan. Berdetiklah jiwa. Menghilang fitrah-fitrah dunia. Harap dan impian setiap hamba. Bahwa biarkan ia bermula pada malam ini. Bahwa, biarkan ia dikuatkan kakinya pada malam ini. Memilih untuk berusaha. Bukan bermatlamatkan 'dia'. Namun, DEMI dan HANYA Dia.

Tafsir sering berbicara. Merungkai makna penuh cerita. Bahwa di dunia itu palsu semata. Bahwa di dunia itu segalanya sementara. Maka apakah makna cinta terpelihara. Apatah cinta yang dasarnya memendam dengan penuh usaha. Berserah itu pasti, dan bukanklah bertawakal itu bertatih tanpa iman tegar di hati.

Sering sahaja bicara cinta berlagu atas nama setia. Sering juga sahaja. Bicara rindu berbicara atas selepas akadnya. Waima bercintalah dengan Tuhan yang Esa  dan Dia kan hadirkan si dia.

Benarkanlah andai mahu menanti yang Dia tuliskan. Bukankah fitrah seorang hamba. Bahwa cinta dan rasa bergetar tetapnya tika bisik istikharahnya sama? Bukankah nyala usaha yang mahu berjalan dengan iman itu tetapkan hati yang meronta hiba?

Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. 
Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti.
Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.

Jalaluddin Rumi

Tak pernah salah hati yang merasa. Hanya terpulang pada aqal untuk merainya. Makan tuliskanlah rasa rindu. Luahkanlah bicara sendu. Bahwa engkau menanti 'dia'. Bukan kerna merasa 'dia' adalah terbaik buat akhir hidup seorang hamba. Bahkan kerna Dia tetapkan yang terbaik buat hamba-Nya.

Benar, rasa sering meminta. Mencapah sedaya upaya. Dasarnya rasa tidak mengapa. Lalu akhirnya menjengah bait zina. Bersabar dan terus berpuasa. Berjuang dan terus memperindah jiwa. Bukan kerana si 'dia'. Apatah lagi mahukan 'dia' kerna Dia.

Selagi jiwa itu masih bernafas. Selagi mata itu berasa tenang dan damai. Melihat pegang tangan selepas nikahnya. Melihat romantika lamanya selepas nikahnya. Lafazkanlah pada Tuhan-Mu. Huraikanlah pada Pencipta Agung-Mu.

Dia tak pernah lelah untuk mendengar setiap bisik harapmu,
Dia gundahkan jiwa agar imanmu tak jatuh kerna fitnah dunia,
Dia damaikan istikharahmu saat usaha dan juang mu ingin benar meraih redha Tuhanmu,
Hanya Dia fahami dirimu,
Hanya Dia tetapkan Luh Mahfudzmu,
Berusalah untuk setia,
Bukan pada janji di sebuah baris kata,
Malah buahnya terasa tika akad selepasnya,
Usah buktikan pada dunia,
Usah khabarkan pada yang tiada layaknya,
Indah peribadimu,
Santun kesabaranmu,
Tegar jual mahalmu,
Sematkan di iman yang berteman kalam rahsia Tuhanmu,
Semoga ketemu,
Cinta Agung yang dipenuhi mulus rindu,
Takkan terungkap oleh sajak rindu.

Bukanlah memendam rasa itu istilah kemalaikatan yang sama. Pada bicara sesetengah manusia, bahkan memendam itu fitrahnya menjaga. Bahkan memendam rasa itu bisa lemahkan zina. Bahkan memendam rasa itu meningkat iman puasanya. Kerna hanya diri kita mengenal di mana Dia di hati kita.

Sejauh mana Dia kita mahukan. Seikhlas manakah impian kita mahu menggapa redha-Nya. Terpulanglah untuk hati kita berbicara. Atas nama sebuah cinta, tulus dan jaganya hanya kita yang biasa.

Cinta yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.

Jalaluddin Rumi


-doasepi-
Taman Pemuda
1 Ramadhan