Sungguh beruntunglah jiwa yang selalu mengharap pertemuan dengan Tuhannya. Hatinya sentiasa resah, namun realitinya bersadur nikmat yang terindah. Dan kebajikan demi kebajikan tertunai. Sepenuh hatinya tak pernah ia tersadai.
Tiap saat dirinya bernafas, tiap detik dirinya melihat, akan sentiasalah dia melihat dengan mata hati. Yang hanya mampu dikucup tak terpejam, oleh hamba yang sebenar-benarnya ikhlas. Hidupnya semata-mata Tuhan. Segala gelora, segala resah. Hanyalah sekelumit. Untuk terbandingkan dek nikmat yang lebih bernilai, titis-titis air mata cinta teragung.
Berlabuhnya senja, sentiasakan jiwa hamba itu ternantikan. Pada gelap malam, yang berbunyi bertemankan kunang-kunang. Menyalanya sekadar sahaja, demi ruang waktu yang Tuhan kita ciptakan. Beristirehatlah diri, sambil teralun dzikir-dzikir mendamaikan hati.
Demi sebuah cinta dari Tuhan Yang Tersirat Jalannya, usah biarkan jiwa merekah dalam sekutu yang kita hamba, tak pernah kesal rasa silapnya. Kita rasakan ia benar, kita rasakan ia lurus. Sedang jiwa sedang berperang antara haram dan halal.
Esok Ramadhan masih setia menanti kita. Namun perginya akan pasti. Dan hanya hamba yang meyakini nikmat cinta, masih di sini. Masih setia mengulit penangan cinta Ramadhan. Masih gigih gulintar rasa nikmat beribadah dan berendamkan air mata.
Betapa hatimu perlu sentiasa disentuh. Pada sebuah kecintaan yang dibajai. Bukan kecintaan yang terpaksa. Hadirnya hanya di malam hari, saat dunia gelita sunyi. Sedang dirimu menghitung jarak cinta, percayalah ia mendekat di relung jiwa. Seperti cinta Tuhannya buat hambanya.
arthantawi
No comments:
Post a Comment